MEMBIMBING ANAK MENCINTAI MASJID
Oleh : Euis Ningrum K
Anak adalah karunia
Allah terbesar yang diamanahkan kepada orang tua. Amanah Allah ini akan
mendatangkan Keberkahan kepada orang tua
yang ikhlas mengasuh atau merawat dan mendidik anak-anaknya.
Pengasuhan seorang anak memerlukan
pengorbanan yang tidak mudah dijalani para orang tua. Dimulai dari awal
kelahiran, masa kanak-kanak, masa remaja, bisa jadi sampai dewasa. Begitu pula
mendidik anak. Tak dapat dipungkiri
lagi, tanggung jawab pengasuhan dan pendidikan anak terletak di tangan kedua
orang tua. Suami dan istri harus saling membantu dalam proses pengasuhan dan
pendidikan anak. Dalam hal ini kedua
orang tua harus mempunyai kata sepakat untuk tujuan pendidikan anak-anak
mereka. Nabi Muhammad SAW bersabda, “
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (tidak mempersekutukan Allah)
tetapi orang tuanyalah yang menjadikan dia seorang Yahudi atau nasrani atau
Majusi.” (HR. Bukhari). Di dalam Qur’an
Surah Ar-Rum ayat 30, Allah berfirman, “ (Tetaplah atas) fitrah Allah yang
menciptakan manusia menurut fitrah itu. (Hukum-hukum) ciptaan Allah tidak dapat
diubah. Itulah agama yang benar. Tapi sebagian besar manusia tidak mengetahui.”
Anak ibarat botol kosong yang dibiarkan terbuka dengan tidak menutupnya. Botol yang terbuka akan
menampung segala jenis benda cair ke dalamnya. Begitu pula keadaan seorang anak. Pada periode pertama dalam
kehidupan anak, kapasitas dan memori dalam otaknya masih sangat luas dan bagus
untuk menerima rangsangan dari luar. Apapun yang disuguhkan dalam kehidupan
sehari-harinya akan diterima dan ditiru. Seperti Oleh karenanya Pendidikan yang diberikan akan mempengaruhi karakter
dan wawasan berpikir sang anak. Menjadi tugas orang tua untuk mengawasi dan mengisi
wawasan anak dengan pengetahuan yang bermanfaat dan membentuk karakter baik
dalam diri anak.
Setiap anak berhak mendapatkan
segala hal yang baik dalam hidup mereka. Suatu hari Nabi Muhammad menjawab pertanyaan seseorang yang datang
kepadanya. “Ya Rosulullah, apa hak anakku ini?” Nabi Muhammad menjawab,
“Memberinya nama yang baik, mendidik adab yang baik, dan memberinya kedudukan
yang baik (dalam hatimu).” (HR. Aththusi). Dalam hadits lain Rosulullah
bersabda, “ Cintailah anak-anakmu dan kasih sayangilah mereka. Bila menjanjikan
sesuatu pada mereka tepatilah. Sesungguhnya yang mereka ketahui hanya kamulah
yang memberi mereka rezeki.” (HR. Ath-Thahawi).
Mendidik adab yang baik pada anak
harus dilaksanakan sejak dini . Dimulai dari lingkungan keluarga. Orang tua menjadi contoh yang dapat
diteladani. Baik pada perilaku ucapan maupun kegiatan sehari-hari.
kalimat-kalimat yang baik senantiasa terbiasa didengar oleh anak dan ditiru dalam
kehidupan sehari-hari. Demikian juga
dengan mencintai dan
mengasihi anak dengan sepenuh hati akan
membuat ikatan batin dengan anak semakin
erat, sehingga orang tua akan lebih mudah mendidik anak-anaknya memiliki akhlak yang baik dan menjadi
anak-anak yang shaleh/ shalehah. Dalam sebuah Hadits dikatakan, “Salah satu
kenikmatan Allah atas seorang ialah dijadikan anaknya mirip dengan ayahnya
(dalam kebaikan).” (HR. Ath-Thahawi). Rosulullah ditanya tentang peranan kedua orang
tua. Beliau lalu menjawab, “Mereka
adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu.” (HR. Ibnu Majah). Jelaslah, tanggung jawab
orang tua untuk mengarahkan anak-anak mereka kelak menuju surga ataukah neraka.
Salah satu contoh teladan orang tua
kepada anak-anaknya adalah melaksanakan shalat berjamaah. Anak-anak sudah harus
dibiasakan mendirikan shalat sejak dini. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Perintahkanlah
anak-anakmu untuk shalat pada usia tujuh tahun, pukullah mereka (jika tidak
shalat) ketika berusia sepuluh tahun dan pisahkan mereka dari tempat tidur.” Shalat
berjamaah yang dilakukan di rumah akan menumbuhkan minat anak untuk shalat
dibandingkan bila orang tua menyuruh mereka untuk shalat sendiri. Rumah yang
penghuninya selalu melaksanakan shalat berjamaah, maka akan dinaungi malaikat
dari bahaya/keburukan. Dan orang yang selalu melaksanakan shalat berjamaah di
masjid berarti hatinya terikat dengan masjid dan ingin selalu memakmurkan
masjid. Seseorang yang hatinya terikat dengan masjid termasuk golongan
orang-orang yang mendapat naungan Allah di hari kiamat. “Hanyalah yang
memakmurkan masjid Allah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari
kemudian serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut kepada siapapun selain ALLAH, Maka
merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang yang mendapat
petunjuk” ( At-Taubah, ayat 18).
Masjid adalah tempat ibadah yang di
dalamnya penuh rahmat, ketenangan, dan doa-doa yang dipanjatkan. Masjid adalah
sebaik-baik tempat menyatukan umat dalam syiar dakwah
Islam yang dimanfaatkan oleh orang-orang mukmin untuk mendulang rahmat dan
pahala dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Rahmat Allah akan tercurah menaungi
seisi masjid yang penuh dengan umat dalam rangka bertafakur dan bermunajat,
serta bersilaturahmi dengan sesama umat Islam.
Masjid bukan hanya bangunan kokoh
yang berdiri dan dimanfaatkan untuk shalat berjama’ah saja. Tetapi di dalam masjid
terdapat lembaga, sekolah, majelis, dan kantor. Masjid memiliki peran yang
penting dan sebagai pusat bagi
kemashalatan umat untuk kegiatan- Kegiatan yang bersifat pendidikan ( Taman Pendidikan
Al-qur’an dan majelis taklim), diskusi keagamaan
, hingga bidang sosial.
Memahami keutamaan masjid sebagai
tempat ibadah yang dirahmati Allah Subhanahu wa ta’ala, maka setiap orang tua
selayaknya mengarahkan anak-anaknya untuk mencintai masjid sebagai tempat
ibadah dan menuntut ilmu agama. Di masjid banyak informasi yang akan diterima
oleh anak seperti belajar membaca
Al-Qur’an, belajar berwudhu, melaksanakan shalat berjamaah, dan mendapatkan nuansa
baru yang berguna bagi perkembangan jiwa
yang sehat dan otak anak. Anak akan menemukan kegiatan-kegiatan yang
menarik perhatiannya. Seperti berwudhu ketika akan melaksanakan shalat
berjamaah. Di tempat wudhu masjid biasanya terdapat keran-keran yang berderet. Beberapa orang dapat mengambil
wudhu dalam waktu bersamaan. Kegiatan mengambil wudhu bersama ini dapat menarik
perhatian anak-anak sehingga mereka akan senang mengambil wudhu bersama dengan
jamaah lain. Begitupun ketika jamaah
mulai berbaris mengatur shaf untuk shalat. Keteraturan dalam berbaris ketika
shalat berjamaah akan menambah pengetahuan anak tentang disiplin dalam
kerapihan dan ketertiban shalat.
Dunia anak adalah bermain. Ketika
anak memasuki masjid, langkah kaki dan niat dalam hatinya adalah bermain di
masjid. Banyak anak-anak yang senang berlari-lari dan berjalan mondar-mandir di
tangga masjid atau sekedar tidur-tiduran dengan santainya. Kecenderungan
aktivitas anak-anak tersebut tidak bisa kita larang begitu saja. Sekali
melarang dengan suara keras atau dengan wajah galak maka mereka akan enggan
untuk datang ke masjid. Selanjutnya anak akan berpaling muka bila diajak
ke masjid. Jika sudah begitu, orang tua akan sulit membujuk mereka. Orang tua harus
lebih sabar dalam mengarahkan anak untuk
mencintai masjid. Insya Allah dengan kesabaran untuk memotivasi anak maka kecintaannya terhadap masjid akan melekat
hingga dewasa. Hatinya akan selalu
dekat dengan masjid sehingga mereka akan sedih bila melihat
masjid tak ada jamaah shalat di dalamnya.
Orang tua bisa mengarahkan
anak-anak untuk meluangkan waktunya pergi ke masjid. Beruntung sekali bila
rumah kita dekat dengan masjid. Dengan begitu anak-anak mempunyai kesempatan
yang lebih banyak untuk meluangkan waktu senggangnya di masjid. Di tempat yang
dirahmati Allah, mereka bisa mengikuti kegiatan
belajar Al-Qur’an, shalat berjamaah, bermain di taman masjid dan
lain-lain. Semakin sering intensitas kedatangan ke masjid maka mereka akan
merasa menyukai dan memiliki masjid itu. Untuk menumbuhkan rasa cinta dan memiliki
masjid pada anak-anak, orang tua bisa melakukan hal-hal seperti berikut ini :
1. Mengajak mereka sesering mungkin untuk shalat
berjamaah di masjid. Ingatkan mereka bahwa masjid adalah tempat yang tenang untuk
shalat dan sangat disukai Allah SWT. Allah
akan bertambah sayang kepada anak-anak yang tidak mengganggu orang lain yang sedang
shalat. Dengan memberi pengarahan
seperti itu berulangkali, anak akan merasa jika ia ikut shalat dengan
tertib dan tidak mengganggu orang lain karena keinginan bermainnya, maka Allah
akan bertambah sayang kepadanya.
2. Pastikan anak ikut kegiatan pendidikan yang
diselenggarakan di masjid. Dengan mengikutsertakan anak pada kegiatan di
masjid, maka anak akan menemukan suasana religius yang tidak ia dapatkan di
sekolah atau di lingkungan rumahnya. Suasana religius ini sangat baik bagi perkembangan jiwa untuk
membentuk karakter yang baik.
3. Berilah pilihan waktu pada anak untuk datang ke
masjid apabila masih sulit diarahkan. Pastikan waktu luang mereka agar bisa
datang ke masjid. Dan jangan lupakan masalah suasana hati sang anak. Anak-anak seringkali terlihat ‘moody’
(berdasarkan suasana hati). Jangan paksa mereka untuk datang ke masjid jika
suasana hatinya sedang tidak bagus.
4. Berilah reward kepada anak jika ia terlihat suka
atau semangat mengikuti kegiatan atau sekedar ikut shalat berjamaah di masjid.
Reward berupa pujian saja sudah menyenangkan bagi anak apalagi hadiah berupa
benda bagus yang diberikan orang tua. Beri pengertian pada anak, “ini hadiah langsung
dari ibu/ ayah. Kamu akan mendapat hadiah lagi dari Allah berupa pahala.”
Tugas orang tua untuk membimbing
anak-anak mencintai dan merasa memiliki masjid memang tidak bisa dibilang
ringan. Dengan kesabaran dan doa, InsyaAllah akan dimudahkan oleh Allah. Tujuan
sesungguhnya dari upaya orang tua adalah membentuk anak yang shaleh dan
shalehah karena merekalah yang akan mendoakan kita jika ajal sudah menjemput.
Demikian Sabda Rosulullah, “Apabila manusia mati maka terputuslah amalannya kecuali dari tiga
perkara : sedekah jariyah, ilmu bermanfaat, atau anak shaleh mendo’akannya” (HR.Muslim, dari Abu
hurairah). Alhamdulillah..Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar