Rabu, 12 Desember 2012

MEMBIMBING ANAK MENCINTAI MASJID
 
 
Oleh : Euis Ningrum K
 
Anak adalah karunia  Allah terbesar yang diamanahkan kepada orang tua. Amanah Allah ini akan mendatangkan Keberkahan  kepada orang tua yang ikhlas  mengasuh atau merawat  dan mendidik anak-anaknya.  
 
Pengasuhan seorang anak memerlukan pengorbanan yang tidak mudah dijalani para orang tua. Dimulai dari awal kelahiran, masa kanak-kanak, masa remaja, bisa jadi sampai dewasa. Begitu pula mendidik anak.  Tak dapat dipungkiri lagi, tanggung jawab pengasuhan dan pendidikan anak terletak di tangan kedua orang tua. Suami dan istri harus saling membantu dalam proses pengasuhan dan pendidikan anak.  Dalam hal ini kedua orang tua harus mempunyai kata sepakat untuk tujuan pendidikan anak-anak mereka.  Nabi Muhammad SAW bersabda, “ Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (tidak mempersekutukan Allah) tetapi orang tuanyalah yang menjadikan dia seorang Yahudi atau nasrani atau Majusi.” (HR. Bukhari).  Di dalam Qur’an Surah Ar-Rum ayat 30, Allah berfirman, “ (Tetaplah atas) fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. (Hukum-hukum) ciptaan Allah tidak dapat diubah. Itulah agama yang benar. Tapi sebagian besar manusia tidak mengetahui.”
 
Anak ibarat botol kosong yang  dibiarkan terbuka dengan  tidak menutupnya. Botol yang terbuka akan menampung segala jenis benda cair ke dalamnya. Begitu pula keadaan  seorang anak. Pada periode pertama dalam kehidupan anak, kapasitas dan memori dalam otaknya masih sangat luas dan bagus untuk menerima rangsangan dari luar. Apapun yang disuguhkan dalam kehidupan sehari-harinya akan diterima dan ditiru. Seperti Oleh karenanya Pendidikan yang diberikan akan mempengaruhi karakter dan wawasan berpikir sang anak. Menjadi tugas orang tua untuk mengawasi dan mengisi wawasan anak dengan pengetahuan yang bermanfaat dan membentuk karakter baik dalam diri anak.  
 
Setiap anak berhak mendapatkan segala hal yang baik dalam hidup mereka. Suatu hari Nabi Muhammad  menjawab pertanyaan seseorang yang datang kepadanya. “Ya Rosulullah, apa hak anakku ini?” Nabi Muhammad menjawab, “Memberinya nama yang baik, mendidik adab yang baik, dan memberinya kedudukan yang baik (dalam hatimu).” (HR. Aththusi). Dalam hadits lain Rosulullah bersabda, “ Cintailah anak-anakmu dan kasih sayangilah mereka. Bila menjanjikan sesuatu pada mereka tepatilah. Sesungguhnya yang mereka ketahui hanya kamulah yang memberi mereka rezeki.” (HR. Ath-Thahawi).
 
Mendidik adab yang baik pada anak harus dilaksanakan sejak dini . Dimulai dari lingkungan keluarga.  Orang tua menjadi contoh yang dapat diteladani. Baik pada perilaku ucapan maupun kegiatan sehari-hari. kalimat-kalimat yang baik senantiasa terbiasa didengar oleh anak dan ditiru dalam kehidupan sehari-hari.  Demikian juga dengan mencintai dan mengasihi anak dengan sepenuh hati akan  membuat  ikatan batin dengan anak semakin erat, sehingga orang tua akan lebih mudah mendidik  anak-anaknya memiliki akhlak yang baik dan menjadi anak-anak yang shaleh/ shalehah. Dalam sebuah Hadits dikatakan, “Salah satu kenikmatan Allah atas seorang ialah dijadikan anaknya mirip dengan ayahnya (dalam kebaikan).” (HR. Ath-Thahawi).  Rosulullah ditanya tentang peranan kedua orang tua. Beliau lalu menjawab,  “Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu.”  (HR. Ibnu Majah). Jelaslah, tanggung jawab orang tua untuk mengarahkan anak-anak mereka kelak menuju surga  ataukah neraka.
 
Salah satu contoh teladan orang tua kepada anak-anaknya adalah melaksanakan shalat berjamaah. Anak-anak sudah harus dibiasakan mendirikan shalat sejak dini.  Nabi Muhammad SAW bersabda, “Perintahkanlah anak-anakmu untuk shalat pada usia tujuh tahun, pukullah mereka (jika tidak shalat) ketika berusia sepuluh tahun dan pisahkan mereka dari tempat tidur.”   Shalat berjamaah yang dilakukan di rumah akan menumbuhkan minat anak untuk shalat dibandingkan bila orang tua menyuruh mereka untuk shalat sendiri. Rumah yang penghuninya selalu melaksanakan shalat berjamaah, maka akan dinaungi malaikat dari bahaya/keburukan. Dan orang yang selalu melaksanakan shalat berjamaah di masjid berarti hatinya terikat dengan masjid dan ingin selalu memakmurkan masjid. Seseorang yang hatinya terikat dengan masjid termasuk golongan orang-orang yang mendapat naungan Allah di hari kiamat. “Hanyalah yang memakmurkan masjid Allah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak  takut kepada siapapun selain ALLAH, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang yang mendapat petunjuk” ( At-Taubah, ayat 18).
 
Masjid adalah tempat ibadah yang di dalamnya penuh rahmat, ketenangan, dan doa-doa yang dipanjatkan. Masjid adalah sebaik-baik tempat menyatukan umat dalam  syiar  dakwah Islam yang dimanfaatkan oleh orang-orang mukmin untuk mendulang rahmat dan pahala dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Rahmat Allah akan tercurah menaungi seisi masjid yang penuh dengan umat dalam rangka bertafakur dan bermunajat, serta bersilaturahmi dengan sesama umat Islam.
 
Masjid bukan hanya bangunan kokoh yang berdiri dan dimanfaatkan untuk shalat  berjama’ah saja. Tetapi di dalam masjid terdapat lembaga, sekolah, majelis, dan kantor. Masjid memiliki peran yang penting dan sebagai pusat  bagi kemashalatan umat untuk kegiatan- Kegiatan yang bersifat pendidikan ( Taman Pendidikan Al-qur’an dan majelis taklim),  diskusi keagamaan , hingga bidang sosial.
 
Memahami keutamaan masjid sebagai tempat ibadah yang dirahmati Allah Subhanahu wa ta’ala, maka setiap orang tua selayaknya mengarahkan anak-anaknya untuk mencintai masjid sebagai tempat ibadah dan menuntut ilmu agama. Di masjid banyak informasi yang akan diterima oleh anak  seperti belajar membaca Al-Qur’an, belajar berwudhu, melaksanakan shalat berjamaah, dan mendapatkan nuansa baru yang berguna bagi  perkembangan jiwa yang sehat  dan otak anak.  Anak akan menemukan kegiatan-kegiatan yang menarik perhatiannya. Seperti berwudhu ketika akan melaksanakan shalat berjamaah. Di tempat wudhu masjid biasanya terdapat keran-keran yang  berderet. Beberapa orang dapat mengambil wudhu dalam waktu bersamaan. Kegiatan mengambil wudhu bersama ini dapat menarik perhatian anak-anak sehingga mereka akan senang mengambil wudhu bersama dengan jamaah lain.  Begitupun ketika jamaah mulai berbaris mengatur shaf untuk shalat. Keteraturan dalam berbaris ketika shalat berjamaah akan menambah pengetahuan anak tentang disiplin dalam kerapihan dan ketertiban shalat.
 
Dunia anak adalah bermain. Ketika anak memasuki masjid, langkah kaki dan niat dalam hatinya adalah bermain di masjid. Banyak anak-anak yang senang berlari-lari dan berjalan mondar-mandir di tangga masjid atau sekedar tidur-tiduran dengan santainya. Kecenderungan aktivitas anak-anak tersebut tidak bisa kita larang begitu saja. Sekali melarang dengan suara keras atau dengan wajah galak maka mereka akan enggan untuk  datang ke masjid.  Selanjutnya anak akan berpaling muka bila diajak ke masjid. Jika sudah begitu, orang tua akan sulit membujuk mereka. Orang tua harus lebih sabar dalam mengarahkan  anak untuk mencintai masjid. Insya Allah dengan kesabaran untuk memotivasi anak  maka kecintaannya terhadap masjid akan melekat hingga dewasa. Hatinya akan  selalu dekat  dengan  masjid sehingga mereka akan sedih bila melihat masjid tak ada jamaah shalat di dalamnya.
 
Orang tua bisa mengarahkan anak-anak untuk meluangkan waktunya pergi ke masjid. Beruntung sekali bila rumah kita dekat dengan masjid. Dengan begitu anak-anak mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk meluangkan waktu senggangnya di masjid. Di tempat yang dirahmati Allah, mereka bisa mengikuti kegiatan  belajar Al-Qur’an, shalat berjamaah, bermain di taman masjid dan lain-lain. Semakin sering intensitas kedatangan ke masjid maka mereka akan merasa menyukai dan memiliki masjid itu. Untuk menumbuhkan rasa cinta dan memiliki masjid pada anak-anak, orang tua bisa melakukan hal-hal seperti berikut ini :
1. Mengajak mereka sesering mungkin untuk shalat berjamaah di masjid. Ingatkan mereka bahwa masjid adalah tempat yang tenang untuk shalat dan  sangat disukai Allah SWT. Allah akan bertambah sayang kepada anak-anak yang tidak mengganggu orang lain yang sedang shalat.  Dengan memberi  pengarahan  seperti itu berulangkali, anak akan merasa jika ia ikut shalat dengan tertib dan tidak mengganggu orang lain karena keinginan bermainnya, maka Allah akan bertambah sayang kepadanya.

2. Pastikan anak ikut kegiatan pendidikan yang diselenggarakan di masjid. Dengan mengikutsertakan anak pada kegiatan di masjid, maka anak akan menemukan suasana religius yang tidak ia dapatkan di sekolah atau di lingkungan rumahnya. Suasana religius ini  sangat baik bagi perkembangan jiwa untuk membentuk karakter yang baik.

3. Berilah pilihan waktu pada anak untuk datang ke masjid apabila masih sulit diarahkan. Pastikan waktu luang mereka agar bisa datang ke masjid. Dan jangan lupakan masalah suasana hati sang anak.  Anak-anak seringkali terlihat ‘moody’ (berdasarkan suasana hati). Jangan paksa mereka untuk datang ke masjid jika suasana hatinya sedang tidak bagus.

4. Berilah reward kepada anak jika ia terlihat suka atau semangat mengikuti kegiatan atau sekedar ikut shalat berjamaah di masjid. Reward berupa pujian saja sudah menyenangkan bagi anak apalagi hadiah berupa benda bagus yang diberikan orang tua. Beri pengertian pada anak, “ini hadiah langsung dari ibu/ ayah. Kamu akan mendapat hadiah lagi dari Allah berupa pahala.”
 

 


 
Tugas orang tua untuk membimbing anak-anak mencintai dan merasa memiliki masjid memang tidak bisa dibilang ringan. Dengan kesabaran dan doa, InsyaAllah akan dimudahkan oleh Allah. Tujuan sesungguhnya dari upaya orang tua adalah membentuk anak yang shaleh dan shalehah karena merekalah yang akan mendoakan kita jika ajal sudah menjemput. Demikian Sabda Rosulullah, “Apabila manusia mati maka  terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara : sedekah jariyah, ilmu bermanfaat, atau anak  shaleh mendo’akannya” (HR.Muslim, dari Abu hurairah). Alhamdulillah..Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar