Minggu, 01 Januari 2012

Artikel Pendidikan

                                      MEMBENTUK SISWA BERKARAKTER OPTIMAL


Oleh : Euis Ningrum K.,S.Pd.,M.M.

       
        Naluri saya sebagai seorang guru sontak tergerak ketika melihat seorang anak usia sekolah berkata kasar dan bersikap tak sopan di tempat umum. Kelakuan anak itu seperti tak pernah mengenal pelajaran Pendidikan Agama atau pembinaan akhlak yang dilakukan para guru setiap hari. "Mungkin anak itu tidak sekolah," pikir saya. Ternyata,dia duduk di kelas empat Sekolah Dasar. Miris sekali! Lalu ...tanggung jawab siapakah ini?

        Pertanyaan yang harus dipikirkan matang-matang jawabannya. Ada jawaban yang menyatakan bahwa kelakuan anak tersebut menjadi tanggung jawab orang tuanya. Hal ini dikarenakan mereka berinteraksi lebih lama di rumah.Peran orang tua dimaksimalkan untuk pertanggung jawaban semua kelakuan anak. Perilaku yang diperlihatkan anak pada lingkungan tempat dia bersosialisasi adalah cerminan dari pembinaan dan pendidikan yang diberikan orang tua di rumah.

        Jawaban atau pendapat di atas ada benarnya. Mengingat rumah adalah tempat awal seorang anak mendapatkan pendidikan dan pembinaan yang intensif dari orang tua dan siapapun yang berinteraksi dengan anak di dalam rumah tersebut. Selanjutnya, pendidikan di luar rumah diperoleh anak pada  lingkungan sekitar tempat tinggalnya atau pada bangku sekolah. Institusi inilah yang akan menambah pengetahuan atau wawasan keilmuan dan memperhalus budi pekerti setiap anak.

        Upaya memperhalus budi pekerti atau merubah karakter anak didik menjadi tanggung jawab para guru sebagai Pahlawan Pendidikan. Beban berat ini tetap harus dilaksanakan demi terwujudnya mutu pendidikan yang berintegrasi kepada IPTEK (Ilmu pengetahuan dan teknologi) dan IMTAK (Iman dan takwa), sehingga ke depannya generasi Indonesia dapat maju dalam pengetahuan dan teknologi, juga terdepan dalam kualitas akhlak yang karimah.

        Tuntutan untuk membentuk akhlak yang berkualitas ini sudah dicanangkan dalam KTSP berkarakter. Pendidikan karakter yang diintegrasikan ke dalam mata pelajaran ini sudah disosialisasikan melalui workshop di sekolah-sekolah. Diharapkan dengan workshop ini para guru memahami mekanisme pengintegrasian dimensi-dimensi pendidikan karakter pada mata pelajaran.
     Pendidikan karakter yang disinergikan pada setiap mata pelajaran dipastikan mampu menjawab kebutuhan upaya merubah karakter anak didik dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Menurut Drs.Sunaryo,M.Pd. Pendidikan karakter memadukan dengan seimbang empat hal yakni olah hati, olah pikir, olah rasa, dan olah raga. Olah hati bermakna berkata, bersikap,, dan berperilaku jujur. Olah pikir artinya cerdas dan selalu merasa membutuhkan pengetahuan. Olah rasa artinya memiliki cita-cita luhur, dan olah raga berarti selalu menjaga kesehatan. Dengan memadukan kepribadian ini anak akan mampu menghayati nilai-nilai luhur yang harus dimiliki.

        Pada dasarnya untuk membentuk karakter seorang anak adalah dengan memberikan pemahaman yang benar mengenai konsep hubungan dengan Tuhan (hablum minAllah) dan hubungan dengan manusia (hablum minannas) serta aturan-aturan main yang ada pada kehidupan di dunia ini.

        Tugas utama guru untuk membentuk karakter itu adalah dengan memberikan pendidikan yang dilandasi kasih sayang. Pendidikan tidak akan mulus tanpa kasih sayang. Anak-anak yang mendapatkan kasih sayang akan menyukai pendidiknya dan mendengarkan perkataannya dengan seksama. Jika interaksi yang terbangun sudah baik maka guru akan mudah memberikan nasehat, perintah, atau pemahaman-pemahaman yang berguna untuk membentuk karakter anak-anak didiknya.


        Selain mendidik dengan kasih sayang, seorang guru haruslah menjadikan dirinya suri teladan.Guru harus bisa memberi contoh secara langsung dan dapat dilihat anak dalam sikap dan perbuatan sehari-hari di sekolah. Sebagai contoh, ketika seorang siswa membuang sampah sembarangan di halamnan sekolah, guru dengan sigap memungut sampah itu dan membuangnya pada tempat sampah. Begitu juga mengenai kedisiplinan. Guru datang ke sekolah dan masuk kelas tepat waktu.Memperlihatkan perbuatan yang konkrit pada anak akan mengubah persepsinya tentang perilaku yang baik dan tidak baik.Selanjutnya, dalam interaksi sehari-hari guru bisa menerapkan "empat kata ajaib" yaitu ; MAAF, TOLONG, PERMISI, TERIMA KASIH. Jika ucapan-ucapan tersebut sering dipraktikkan maka bisa dipastikan karakter siswa akan lebih baik dari sebelumnya.


      Secara garis besar, karakter yang harus dibentuk dalam diri anak adalah karakter Cinta dan kasih sayang, kejujuran, kemandirian, bertanggung jawab, hormat dan santun, percaya diri, dermawan, mempunyai empati yang tinggi, ikhlas, rendah hati, kepemimpinan, dan keadilan. Semua karakter yang diharapkan terbentuk secara optimal pada anak didik ini akan terwujud apabila para guru memberikannya secara profesional, berkesinambungan, dan tak kenal lelah sebagai wujud tanggung jawab kepada Allah SWT dan kepada orang tua serta masyarakat.


Penulis adalah Guru di SDIT YASFI
Kp.Sawah, Pd.Melati. Kota Bekasi