BELAJAR SEPANJANG HAYAT
Oleh : Euis Ningrum K.
“Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun
muslimah) "
(طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة) (HR. Ibnu Majah). Sabda Rosulullah yang telah akrab di telinga kita
ini mengisyaratkan bahwa umat Islam haruslah mempunyai bekal ilmu dalam
kehidupannya di dunia yang bisa diperoleh dengan cara belajar atau menuntut
ilmu. Kewajiban belajar dimulai dengan
adanya Firman Allah SWT dalam Surah Al-‘Alaq ayat 1- 6;
1. Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmu lah Yang Maha Mulia.
4. Yang mengajar (manusia) dengan pena.
5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya.
6. Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar
melampaui batas.
Belajar atau menuntut ilmu
seperti kata mutiara "Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahad" (اطلبوا العلم منالمهد الىاللحد لى ) atau dikatakan juga "Belajar sepanjang hayat" ditafsirkan sebagai anjuran kepada umat manusia untuk belajar sejak dini sampai
ruh tak lagi melingkupi raga. Sebelum ajal menjemput dan selagi pikiran serta
hati masih berfungsi, menuntut ilmu akan membawa manfaat bagi diri sendiri dan
orang lain apabila ilmu itu diamalkan.
"Belajar
sepanjang hayat" bermakna bahwa selama kita hidup dan menjalani
kehidupan, kita akan terus belajar. Belajar untuk menambah wawasan ilmu
pengetahuan, belajar untuk mengatasi masalah yang selalu dihadapi dalam
kehidupan maupun belajar yang dapat merubah perilaku sehari-hari.
Kegiatan belajar dilakukan oleh siapa saja,
di mana saja, kapan saja, dan dengan berbagai cara. Seorang anak balita
yang bermain air, sesungguhnya ia sedang dalam proses belajar mengenal
zat cair yang menyebabkan tubuhnya basah dan lama-kelamaan akan kedinginan. Ada
lagi seorang anak yang senang bermain dengan seekor kucing, sebenarnya ia
sedang berusaha mengenal anatomi tubuh, kebiasaan hidup kucing tersebut, dan
akan merasakan sakit jika dicakar. Semua itu adalah pembelajaran bagi anak yang
terkadang tidak disadari oleh orang tua. Untuk orang dewasa sekalipun,
seringkali ketika dihadapkan pada suatu masalah yang ringan maupun berat
bahkan masalah tersebut menjadi dilema yang sangat sulit dipecahkan, secara naluriah
akan berusaha mengatasi masalah tersebut dengan mengasah kemampuan memahami
inti masalah dan cara pemecahannya. Semua kemampuan tersebut diperoleh dengan
cara belajar. Menurut maqoil ulama (perkataan ulama) " Al ilmu binnasab, walakinnal ilma bitta'ab, bahwa ilmu didapat bukan karena keturunan tetapi ilmu didapatkan dengan susah payah. Seorang anak yang orang tuanya pintar, belum tentu menjadi sepintar orang tuanya jika anak tersebut hanya bermalas-malasan tanpa mau belajar. Maka tidaklah mudah menjadi manusia yang mampu menguasai ilmu pengetahuan tanpa melakukan suatu usaha yang gigih dan tekun untuk mendapatkannya. Seperti juga ungkapan peribahasa yang sesuai dengan perjuangan dalam menuntut ilmu, "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian."
Belajar didefinisikan sebagai usaha aktif seseorang yang
dilakukan secara sadar atau tidak sadar untuk merubah perilaku, perbuatan atau
kemampuannya baik pengetahuan, keterampilan, maupun perasaan. Proses belajar
dapat disadari maupun tidak disadari. Contoh belajar yang tidak disadari
adalah meniru tindakan orang lain di lingkungannya, meniru kata-kata,
membiasakan diri disiplin dalam keseharian, berinteraksi dengan masyarakat, dan
lain-lain. Seorang anak kecil sering kali mengikuti ucapan orang yang lebih
besar darinya setelah beberapa kali mendengar dan menyimak ucapan-ucapan
tersebut. Ia tidak menyadari bahwa dirinya sedang melakukan proses belajar. Belajar
yang disadari seperti belajar secara formal di sekolah, belajar memasak, belajar
komputer, membuat pakaian, dan masih banyak lagi.
Proses
belajar yang dilakukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari akan membentuk
perubahan dalam dirinya. Perubahan itu dapat dilihat dari perilaku sehari-hari,
biasanya dari perilaku yang kurang baik menjadi perilaku yang baik. Hal ini
juga diungkapkan oleh Leagans yang mengatakan ; "Manusia akan mendapatkan
kemampuannya untuk menggantikan perilaku-perilaku yang buruk menjadi baik
melalui proses belajar". Sebagai contoh, seorang anak yang merasa bisa melakukan suatu permainan tanpa bantuan teman-temannya, seringkali menunjukkan sikap sombong dan tak menerima kehadiran temannya yang lain. Karena seringnya dia menunjukkan kesombongannya sehingga satu - persatu temannya menjauhi dan tak mau bermain dengannya lagi. Secara naluri, anak tersebut akan berpikir dan belajar bahwa sikap sombongnya ternyata tidak disukai oleh teman-temannya. Dan dia pun merubah sikapnya menjadi rendah hati dan menerima kehadiran semua temannya dalam bermain.
Begitu penting dan bermanfaatnya
belajar, maka setiap muslim dan muslimah berkewajiban untuk menuntut ilmu yang dapat
membentengi diri dan hatinya dari kebodohan, kebatilan, dan kesengsaraan hidup di dunia. Dengan menuntut ilmu maka akan didapatkan ketenangan
jiwa, kepercayaan diri, dan kemudahan dalam bersosialisasi
serta berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh,
cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional,
bertanggung jawab, produktif, serta sehat jasmani dan rohani. Terlebih penting lagi adalah jaminan Allah SWT dalam surah
Al- Mujadalah ayat 11, yaitu "Niscaya Allah akan meninggikan beberapa
derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat." Imam Nawawi Al-Bantani - Nama beliau semakin melejit ketika beliau ditunjuk sebagai pengganti Imam Masjidil Haram, Syaikh Khâtib al-Minagkabawi. Sejak itulah beliau dikenal dengan nama resmi ‘Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi.’ Artinya Nawawi dari Banten, Jawa - mengatakan , "Al ilmu nurun wa shohibuhu muqorromun aina jalasa" bahwa ilmu adalah cahaya dan orang yang mempunyai ilmu akan dimuliakan di manapun dia berada. SubhanAllah....Adakah orang yang
tidak menginginkan bila ditinggikan derajatnya oleh Allah dan dimuliakan di manapun berada? Marilah kita jadikan belajar sepanjang hayat sebagai
ajang memperoleh kebaikan dan kesempurnaan diri selama masih menghirup udara dunia ini. Wallahu 'alam bissawab.